1. Pengertian
Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi.
Namun, dalam prakteknya dan dalam penelitian ketuban pecah dini didefisinikan
sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecahnya ketuban sampai awitan persalinan
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi
sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan
masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran
premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang
meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh
kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya
infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
3. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom
kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata
berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). High virulensi : Bacteroides, low
virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta
amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi
interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
4. Faktor
resiko KPD
beberapa
faktor resiko dari Ketuban Pecah Dini, adalah :
a. Inkompetensi
serviks (leher rahim)
b. Polihidramnion
(cairan ketuban berlebihan)
. Riwayat
KPD sebelumnya
d. Kelainan
atau kerusakan selaput ketuban
e. Kehamilan
kembar
f. Trauma
g. Serviks (leher rahim) yang pendek
(<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
h. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial
vaginosis
5. Faktor
lain (Predisposisi)
keadaan social ekonomi factor lain
yang dapat menyebabkan KPD, yaitu :
a. Factor
golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menyebabkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan ketuban
b. Paritas (Multigraviditas), merokok, dan
perdarahan antepartum
c. Malposisi dan malpresentasi
janin (letak sungsang, letak lintang) misalnya sungsang karena tidak ada bagian terendah yang
menutupi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah
d. Disporposi antar kepala dan panggul ibu
(Chepalo Pelvic Disporprotion)
e. Defisiensi
gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
6. Tanda
dan Gejala
tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak
seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan cirri pucat dan dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti
atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau
berdiri bagian terendah janin biasanya mengganjal atau menyumbat sementara
kebocoran itu.
Gejala dari KPD yaitu : demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, jika DJJ bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi.
7. Penilaian
klinik
penilaian klinik KPD, yakni :
a. Tentukan
pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina,
jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus (Nitazin test) merah menjadi biru,
membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dalam usia kehamila, kelainan
janin.
b. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG.
c. Tentukan
ada tidaknya infeksi. Tanda – tanda infeksi : bila suhu ≥38°C, air ketuban yang
keruh dan berbau. Pemeriksaan ketuban dengan LEA ( Leukosit Esterase) leukosit
darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takhikardi mungkin
mengalami infeksi intrauterin.
d. Tentukan
tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)antara lain
untuk menilai skor pelvik.
8. Menegakkan
Diagnosa
Menurut Helen Varney, (2002 : 789),
kebocoran cairan ketuban harus dibedakan dari inkontinensia urine, rabas vagina
atau serviks, semen, atau (jarang) rupture korion. Data berikut yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis :
a. Riwayat
1) Jumlah
cairan yang hilang : gejalanya biasanya adalah keluar cairan yang terus menerus
(jernih, keruh, kuning, atau hijau) dan perasaan basah pada celananya.
2) Ketidakmampuan
mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel : membedakan PROM dari
inkontinensia urine.
3) Waktu terjadi
pecah ketuban
4) Warna
cairan : jernih, keruh, jika bercampur mekonium cairan akan berwarna kuning
atau hijau.
5) Abu cairan
: L apek yang khas yang membedakannya dengan urine
6) Hubungan
Seksual yang terakhir : semen yang keluar dapat disalah artikan sebagai cairan
amnion
b. Pemerikasaan
fisik : palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion. Apabila pecah
ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan mendeteksi kekurangan cairan karena
terdapat peningkatan molase uterus dan dinding abdomen disekitar janin dan
penurunan kemampuan ballotemen dibandingkan temuan pada pemeriksaan sebelum
pecah ketuban. Ketuban yang pecah tidak menyebabkan perubahan yang seperti ini
dalam temuan abdomen.
c. Pemeriksaan speculum steril
1) Inspeksi
keberadaan tanda-tanda cairan digenital eksternal
2) Lihat servik
untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium
3) Lihat adanya
genangan cairan amnion di forniks vagina
4) Jika
tidak terlihat cairan, mintalah pasien untuk mengejan (perasat valsalva).
Secara bergantian beri tekanan pada fundus perlahan-lahan atau naikkan dengan
perlahan-lahan bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan cairan
melewati bagian presentasi pada kasus kebocoran berat sehingga dapat mengamati
kebocoran cairan.
5) Observasi cairan
yang keluar untuk melihat lanugo atau vernik kaseosa jika UK > 32 minggu
6) Visualisasi
serviks untuk menentukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak akan dilakukan
7) Visualisasi
serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau ektstremitas janin
d. Uji
Laboratorium
1) Uji
pakis positif
2) Uji
kertas nitrazin (lakmus) positif
3) Specimen
untuk kultur streptokokus Grup B
9. Pemeriksaan
Penunjang
pemeriksaan penunjang untuk memastikan
ketuban Pecah Dini ;
a. Pemeriksaan
Laboratorium
Cairan
yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, baud an pHnya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau
secret vagina. Secret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
a) Tes Lakmus (tes
Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan
tes yang positif palsu.
b) Mikroskopik
(tes pakis) dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering.pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan
USG pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.
10. Komplikasi
Ketuban Pecah Dini
kemungkinan komplikasi akibat Ketuban Pecah
Dini adalah :
a) Infeksi intrauteri
(korioamnionitis)
b) Persalinan preterm, jika
terjadi pada usia kehamilan preterm
c) Prolaps tali pusat
d) Oligohidramnion
e) KPD
yang diakhiri dengan persalinan spontan sering terjadi partus lama, atonia
uteri dan perdarahn post partum. Pada ibu yang menjalani terapi konservatif,
sering merasa lelah dan bosan berbaring di tempat tidur, gangguan emosi berupa
kecemasan dan kesedihan. Informasi dan dukungan dari petugas kesehatan,
keluarga terutama suami akan sangat membantu ibu menjaga kestabilan emosinya.
11. Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan
pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin
dan adanya tanda-tanda persalinan
penanganan ketuban pecah dini, yaitu :
a. Konservatif
1) Rawat diRumah
Sakit
2) Berikan
antibiotika Ampisilin ( 4x500 mg atau eritromisin bila tak tahan ampisillin dan
metronidasol 2x500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur
kehamilan ,32-34minggu, dirawat sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika
usia kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
: beri dexamethason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika
usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol, dexamethason dan induksi sesudah 24 jam
6) Jika
usi kehamilan 32-37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan dan lakukan induksi
7) Nilai tanda –
tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
8) Pada
usia 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan
kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
b. Aktif
1) kehamilan lebih
dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal SC
2) Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri : bila skor pelvik <5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi
jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan SC. Bila skor pelvik >5 induksi
persalinan, partus pervaginam.
Bagus materinya say, saya bisa copy ka untuk saya pelajari
BalasHapusMaterix bgus say....
BalasHapusmakasi say sdh komen. silahkan. kopi say
BalasHapusmareri.y mmbantu
BalasHapusmendukung skali materinya
BalasHapuslike
BalasHapuscopi materinya kha,,
BalasHapuslike KPD
BalasHapus